top of page
Gambar penulisMAPALA ARGA WILIS

BIOGRAFI MAMA MEI KARTAWINATA


Mama Mei Kartawinata lahir di daerah Kebonjati pada 1 Mei 1897, dan beliau meninggal dunia tepatnya pada tanggal 11 Februari 1967 di kebumikan di Karangpawitan, Desa Pakutandang, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung. Beliau merupakan keturunan dari dua garis kerajaan besar yaitu Kerajaan Brawijaya (Majapahit), Dan kerajaan (Pajajaran Siliwangi).

Mama Mei Kartawinata menikah dengan dua perempuan yang bernama Taswinah dan Sukinah. Menikah dengan Taswinah, Mei Kartawinata dikaruniai tiga orang putra yang bernama Julaeha K, Jualeka K, dan Ikrat Rustama K. Sedangkan setelah berpisah dengan Taswinah, pernikahnya dengan Sukinah dikaruniai 5 anak diantaranya, Mariam K, Yusuf K, Rohani K, Lilih Rohinah Dan Fatimah K.







Mama Mei Kartawinata pernah bersekolah di Sekolah Kristen PADRI pada tahun 1907, dan mengikuti kursus di Kleine Ambtenaar Exament (KE), dan Sekolah Partikelir. Tahun 1914 beliau sempat bekerja di perusahaan percetakan (Drukkerij) di Bandung, dan saat menginjak usianya 25 Tahun 1922 beliau bekerja di BAT (British American Tobacco) Cirebon. Kemudian Tahun 1925 akhirnya Mei Kartawinata bekerja di pabrik tapioka Sukamandi, bagian teknisi listrik. Pada tahun itu merupakan masa-masa jaman penjajahan di negara Indonesia, Karena beliau sangat aktif dan lantang dalam menyuarakan suara untuk kemerdekaan dan menentang aturan-aturan yang dibuat oleh Bangsa Penjajah, beliau menjadi incaran para penjajah Belanda, dan perkerjaan tersebut salah satu tujuan agar penjajah belanda tidak mudah mencarinya.



PERJALANAN MAMA MEI KARTAWINATA DI DUNIA POLITIK PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL

Tahun 1942-1946 beliau sempat merasakan hidup di bui karena kontroversial tersebut, Mama Mei Kartawinata pernah dipenjarakan selama 2 bulan di Tahanan DAINYI Cigereleng (pinggiran Bandung Selatan), lalu dipindahkan ke penjara Banceuy dan mendekam selama 2 bulan, dan selain itu beliau pernah juga dijebloskan ke penjara Sukamiskin untuk menjalani vonis selama 2 tahun, namun baru mendekam 3 bulan sudah dibebaskan. Tahun 1946 ketika Mei Kartawinata sedang berada di Solo, beliau juga diamankan aparat dan dipenjarakan di Cirebon lalu dipindahkan kembali ke kota Yogyakarta.

Berakhir dipenjarakan di kota Yogyakarta beliau dibebaskan dan dipanggil oleh Presiden Soekarno dan diminta untuk meneruskan perjuangan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Pergerakannya dalam berbangsa beliau mendirikan partai politik yang berfungsi baik dalam menolak penindasan setelah kemerdekaan tahun 1945 tepatnya 17 Desember. Partai tersebut yaitu (PERMAI) Partai Persatuan Rakyat Marhaen Indonesia, partai tersebut didirikan karena terdapat sidang konsituanse yang membicarakan tentang masa depan Negara Indonesia.





PERJALANAN SPIRITUAL MAMA MEI KARTAWINATA

Kiprah beliau tidak hanya di politik saja, namun beliau juga memiliki kelebihan lainnya dalam hal spiritual. Pada tanggal 17 September 1927 saat menginjak usia 30 tahun, terjadi peristiwa bersejarah bagi dirinya bahwa beliau mendapatkan Wangsit tepatnya di Cileuleuy. Wangsit tersebut dituangkan kedalam bentuk Pupuh Asmarandana yang kini tertulis dibuku “Katineung” karya beliau. Wangsit tersebut seolah-seolah memberikan pencerahan serta terpanggilnya jiwa kemanusiaan beliau. Isinya berisikan teguran seperti “Cai nu asalna sakeclak mapay wahangan sateuacan uihna ka lautan, cai parantos masihan kahirupan ka sasatoan, tutuwuhan, sareng anu mikabutuh”. Jika dianalogikan dalam kehidupan, kita sebagai manusia yang hidup harus memberikan manfaat kepada orang lain. Dewasa kini masyarakat Indonesia tepatnya Jawa Barat mengenal beliau sebagai tokoh utama aliran kebatinan yang kini wujudnya terdapat di salah satu daerah, tepatnya di Ciparay, Kabupaten Bandung. Terdapat ruang para penghayat aliran kebatinan yaitu Pasewakan Kerta Tataning Hirup Linuwih.

67 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page